Minggu, 06 April 2008

Menembus Ketatnya Penjagaan Geert Wilders, Pembuat Film ”Fitna”

Pernah Tinggal di Israel, Hobinya Ngejar Cewek Setelah menggegerkan dunia Islam lewat film Fitna yang beredar melalui internet, Geert Wilders langsung "menghilang" dan enggan berkomentar. Radio Netherland berhasil menembus kantor ketua Partai Kebebasan Belanda (PVV) itu untuk mewawancarainya.Untuk bisa bertemu dengan Wilders, wartawan Radio Netherland harus melewati empat penjaga di kantornya di Den Haag. Izin wawancara diberikan dengan catatan tidak boleh memotret. Untuk meyakinkan, petugas pun menggeledah.Penjagaan kantor Wilders sebenarnya dilakukan sejak tiga tahun lalu. Itu dilakukan setelah dia mengusulkan larangan terhadap Alquran di Belanda. Berikut petikan wawancara dengan Wilders. Penjagaan kantor Anda begitu ketat. Bagaimana rasanya hidup seperti itu? Tidak enak. Saya dan keluarga merasa hal tersebut menyusahkan. Sebenarnya, hal seperti itu tidak perlu terjadi. Kalau tidak sependapat, semestinya ajukan saja argumen, jangan mengancam. Apakah Anda tidak merasa terkucil dari masyarakat? Sebenarnya, saya ingin bisa minum bir di kafe. Sudah tiga tahun saya tidak bisa melakukan hal tersebut. Saya tetap berkomunikasi lewat website saya. Kalau melihat popularitas partai saya naik, itu menunjukkan bahwa saya tidak terkucil dari dunia luar. Anda mengusulkan agar sebagian dari Alquran dicoret saja. Sekarang, Anda menuntut agar Alquran dilarang total. Apakah Anda sekadar mencari sensasi? Sudah sepuluh tahun saya mempelajari Islam. Banyak negara Islam yang telah saya kunjungi. Saya menyimpulkan, kitab yang membatasi kebebasan harus dilarang demi memperkuat kebebasan beragama. Anda tahu bahwa di Alquran terdapat ayat-ayat yang mengatakan, orang murtad harus dihukum mati. Selain itu, saya memang tidak keberatan mendapatkan perhatian dari media. Bohong kalau saya tidak demikian halnya. Tetapi, mengapa Anda tidak melarang Alkitab atau kitab-kitab lain yang juga berisi ayat-ayat yang menyulut kekerasan? Bagi orang Islam, Alquran adalah seratus persen wahyu Tuhan. Sementara itu, Alkitab bagi orang Kristen tidak demikian. Memang, saya sadar bahwa melarang Alquran adalah langkah radikal. Tapi, kalau dengan melarang Alquran seorang homo bisa diselamatkan dari siksaan, mengapa kita tidak larang saja Alquran. Pemerintah Belanda hendaknya memperingatkan, orang-orang tidak boleh membaca hal-hal seperti itu dan mengatakan bahwa kaum gay lebih rendah. Andai Anda menjadi pemimpin di Belanda, bagaimana kondisi Belanda sepuluh tahun ke depan? Saya akan menghentikan arus migran dari negara-negara Islam. Sebab, menurut saya, budaya kami semakin punah. Saya ingin budaya Belanda tetap dominan di atas budaya-budaya lain yang sebenarnya boleh saja masuk ke Belanda. Banyak sekali orang Belanda yang merasa asing di negeri sendiri. Mereka tidak boleh dianggap remeh. Kalau tiap tahun puluhan ribu orang asing datang ke sini, proses integrasi bisa terhambat. Itu sama dengan mengeluarkan air dari perahu bocor.Saya juga tidak akan mengizinkan pembangunan masjid baru. Sebab, jumlahnya sudah cukup. Saya akan menutup sekolah-sekolah Islam. Anda menganggap budaya Belanda lebih tinggi daripada budaya Islam. Apakah sikap Anda itu tidak sama dengan sikap kelompok radikal di Timur Tengah? Mereka juga takut terhadap pengaruh dari luar dan menganggap budaya Islam lebih baik daripada budaya Barat yang dekaden? Saya tidak takut. Saya cuma muak dengan pendukung relativisme budaya yang berpendapat bahwa semua orang boleh masuk Belanda. Sehingga, Belanda menjadi tempat bercampurnya berbagai budaya. Saya ngeri kalau mendengar perdana menteri mengatakan hal-hal seperti itu. Memang, kami tidak boleh meniru semua yang berasal dari sebuah budaya yang justru kami kritik. Tapi, coba saja Anda jalan membawa Alkitab di Arab Saudi atau mengaku Kristen di Iran. Tapi, Anda kan berbuat sama persis dengan mereka? Betul. Negara-negara Arab tidak menginginkan negara mereka menjadi plural. Terlepas dari pendapat saya tentang budaya, itu adalah hak mereka. Mereka negara berdaulat. Saya hanya mengritik, mereka melanggar HAM atau mendukung teroris. Saya tidak mengurus budaya apa yang mau dianut oleh Arab Saudi atau Yaman. Anda kok begitu anti-Islam? Sejak umur 17 sampai 19 tahun, saya tinggal di Israel, tepi barat Sungai Jordan. Waktu itu, saya sangat antipolitik. Kerjaan saya, ngejar cewek. Tapi, saat itu, kami sering ditembaki oleh orang Palestina. Lalu, saya memilih untuk memahami Timur Tengah secara keseluruhan. sumber : http://jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=334268

Tidak ada komentar: